Kota jogjakarta yang cantik dan nyaman ini di satu sisi ternyata masih
menyimpan beberapa permasalahan soasial yang seharusnya dapat ditangani oleh
pemerintah daerah dan oleh kita semua .................................jika
kota ini memang tetap ingin dipertahankan sebagai kota budaya, kota pelajar dan
kota pariwisata.
Jogjakarta
kota dengan segudang problem sasial, seperti pencopet di bis-bis kota,
pedagang kakilima di sepanjang pinggiran jalan, peminta-minta di setiap
perempatan jalan, pengamen di tempat-tempat makan disepanjang Malioboro
dan ditempat-tempat lainnya, merupakan permasalahan yang tampaknya tidak akan
pernah tuntas dapat diselesaikan.
|
Apa
yang harus dilakukan ?
|
|
Mencopet
sudah jelas merupakan tindakan kriminal yang sangat meresahkan, membikin
orang tidak nyaman berada ditempat-tempat ramai seperti di bis-bis
kota. Ini harus segera ditangani. Aparat kepolisian dengan pakaian
preman sekali-sekali menyamar di tempat-tempat umum dan sebagai penumpang bis
kota menangkap para pencopet tersebut. Kita sebagai penumpang harus kompak
secara beramai-ramai menangkap jika ada pencopet ketahuan sedang
beraksi. Celakanya, jika para sopir bis dan kondektur tidak merasa
bertanggung jawab menjaga keamanan didalam bisnya masing-masing. Apakah ini
karena tidak berani atau malah ikut bekerjasama dengan para pencopet tersebut
....jika ya, wah sangat tragis??
|
Para pedagang kaki lima.bertebaran disetiap tempat, berderet disepanjang
pinggiran jalan memenuhi trotoar, memasang tenda-tenda plastik sangat merusak
keindahan kota tidak nyaman untuk dipandang dan menghambat kelancaran
lalulintas. Tetapi dipihak lain penduduk juga harus cari penghidupan secara
halal, pemerintah wajib memfasilitasi menyediakan lapangan kerja.
Jalan tengahnya adalah pemerintah daerah menyediakan tempat berdagang di
tempat-tempat strategis dengan bangunan yang berbentuk seragam rumah joglo khas
Jogja akan menambah keindahan kota, tapi ini sudah tentu sewanya akan tidak
terjangkau oleh para pedagang kecil. Untuk para pedagang kecil yang tidak mampu
menyewa tempat, sediakan tempat di lapangan atau tengah jalan yang ditutup dari
lalulintas pada malam hari, semacam pasar yang hanya di buka pada malam hari
dari jam lima sore sampai jam lima pagi. Pagi hari jalan sudah bersih untuk
lalulintas seperti biasa.
Jika kita
amati di perempatan-perempatan jalan dikota Jogjakarta akan kita lihat
kumpulan orang-orang yang terpinggirkan berusaha untuk mempertahankan
hidup dengan berbagai cara yang mereka bisa lakukan. Jika kita cermati profesi
mereka dapat dikelompokkan :
|
1. Orang lanjut usia sebagai
peminta-minta, mereka ini dilihat dari usianya sebenarnya sudah tidak usah
bekerja lagi, tetapi karena tidak ada sumber penghidupan dan tidak ada
jaminan sosial di masa tua mereka terpaksa harus melakukan itu.
|
|
2. Orang cacat seperti orang buta,
orang yang tangan atau kakinya tidak normal karena penyakit tertentu terpaksa
harus meminta-minta karena tidak mungkin lagi untuk melakukan pekerjaan.
|
|
3. Orang dewasa sehat berbadan kekar
tetapi tidak punya rasa malu untuk meminta-minta jelas orang ini adalah
pemalas yang tidak mau bekerja.
|
|
4. Ibu-ibu yang menggendong bayi atau
menyuruh anak kecil meminta-minta dengan memanfaatkan bayi atau anak tersebut
untuk menggugah rasa belaskasihan orang.
|
|
5. Para pemuda dengan cara sekedar
mengelap sepeda motor atau kaca mobil yang belum tentu jadi bersih, merupakan
pekerjaan tidak masuk akal yang mereka lakukan sekedar untuk dapat
meminta-minta.
|
|
6. Para pengamen yang membawa alat
musik seadanya, jrang-jreng atau keplok-keplok tangan dan menyanyi sekenanya
yang tidak enak didengar .
|
Kesemuanya diatas merupakan problem sosial masyarakat yang membikin kita
menjadi serba salah, kita harus memberikan uang atau tidak :
|
7. Jika tidak, rasanya kita
seperti orang yang sangat pelit, uang yang hanya seratus-limaratus rupiah
saja tidak mau memberikan.
|
|
8. Jika diberikan, rasanya kita ikut
mendidik mereka untuk terus menjadi peminta-minta, apalagi terhadap anak anak
yang seharusnya mereka masih sekolah.
|
|
9. Akan lebih terhormat jika mereka
sebagai penjual koran dimana mereka akan mendapat uang dari orang-orang yang
membutuhkan jasa mereka untuk membeli koran tersebut
|
|
10. Mereka perlu mendapat penanganan
dan santunan dari pemerintah serta pelatihan kerja bagi yang masih berusia
muda.
Analisis :
Artikel ini membahas tentang permasalahan sosial yang ada di kota Jogjakarta.
Di sini penulis juga menuliskan beragam masalah yang ada dan solusi untuk memecahkan
permasalahan tersebut. Tulisan ini menggunakan paragraf induktif dan ditulis
dengan bahasa tidak baku.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar