Minggu, 10 November 2013

Tulisan 7 - Problem Sosial Kota Jogjakarta Membikin Kota Menjadi Sumpek


Kota jogjakarta yang cantik dan nyaman ini di satu sisi ternyata masih menyimpan beberapa permasalahan soasial yang seharusnya dapat ditangani oleh pemerintah daerah dan oleh kita semua .................................jika kota ini memang tetap ingin dipertahankan sebagai kota budaya, kota pelajar dan kota pariwisata.
Jogjakarta kota dengan segudang problem sasial, seperti pencopet  di bis-bis kota, pedagang kakilima di sepanjang pinggiran jalan, peminta-minta di setiap perempatan jalan,  pengamen di tempat-tempat makan disepanjang Malioboro dan ditempat-tempat lainnya, merupakan permasalahan yang tampaknya tidak akan pernah tuntas dapat diselesaikan.

bullet
 Apa yang harus dilakukan   ?                                                                                                                                                                                                                                 
bullet
Mencopet sudah jelas merupakan tindakan kriminal yang sangat meresahkan, membikin orang tidak nyaman berada ditempat-tempat ramai seperti di bis-bis kota.  Ini harus segera ditangani. Aparat kepolisian dengan pakaian preman sekali-sekali menyamar di tempat-tempat umum dan sebagai penumpang bis kota menangkap para pencopet tersebut. Kita sebagai penumpang harus kompak secara beramai-ramai menangkap jika ada pencopet ketahuan sedang beraksi.  Celakanya, jika para sopir bis dan kondektur tidak merasa bertanggung jawab menjaga keamanan didalam bisnya masing-masing. Apakah ini karena tidak berani atau malah ikut bekerjasama dengan para pencopet tersebut ....jika ya, wah sangat tragis??                                                                                                                 

Para pedagang kaki lima.bertebaran disetiap tempat, berderet disepanjang pinggiran jalan memenuhi trotoar, memasang tenda-tenda plastik sangat merusak keindahan kota tidak nyaman untuk dipandang dan menghambat kelancaran lalulintas. Tetapi dipihak lain penduduk juga harus cari penghidupan secara halal, pemerintah wajib memfasilitasi menyediakan lapangan kerja.
Jalan tengahnya adalah pemerintah daerah menyediakan tempat berdagang di tempat-tempat strategis dengan bangunan yang berbentuk seragam rumah joglo khas Jogja akan menambah keindahan kota, tapi ini sudah tentu sewanya akan tidak terjangkau oleh para pedagang kecil. Untuk para pedagang kecil yang tidak mampu menyewa tempat, sediakan tempat di lapangan atau tengah jalan yang ditutup dari lalulintas pada malam hari, semacam pasar yang hanya di buka pada malam hari dari jam lima sore sampai jam lima pagi. Pagi hari jalan sudah bersih untuk lalulintas seperti biasa.

Jika kita amati di perempatan-perempatan  jalan dikota Jogjakarta akan kita lihat kumpulan  orang-orang yang terpinggirkan berusaha untuk mempertahankan hidup dengan berbagai cara yang mereka bisa lakukan. Jika kita cermati profesi mereka dapat dikelompokkan :
 

bullet
1.      Orang lanjut usia sebagai peminta-minta, mereka ini dilihat dari usianya sebenarnya sudah tidak usah bekerja lagi, tetapi karena tidak ada sumber penghidupan dan tidak ada jaminan sosial di masa tua mereka terpaksa harus melakukan itu.
bullet
2.      Orang cacat seperti orang buta, orang yang tangan atau kakinya tidak normal karena penyakit tertentu terpaksa harus meminta-minta karena tidak mungkin lagi untuk melakukan pekerjaan.
bullet
3.      Orang dewasa sehat berbadan kekar tetapi tidak punya rasa malu untuk meminta-minta jelas orang ini adalah pemalas yang tidak mau bekerja.
bullet
4.      Ibu-ibu yang menggendong bayi atau menyuruh anak kecil meminta-minta dengan memanfaatkan bayi atau anak tersebut untuk menggugah rasa belaskasihan orang.
bullet
5.      Para pemuda dengan cara sekedar mengelap sepeda motor atau kaca mobil yang belum tentu jadi bersih, merupakan pekerjaan tidak masuk akal yang mereka lakukan sekedar untuk dapat meminta-minta.
bullet
6.      Para pengamen yang membawa alat musik seadanya, jrang-jreng atau keplok-keplok tangan dan menyanyi sekenanya yang tidak enak didengar .

             Kesemuanya diatas merupakan problem sosial masyarakat yang membikin kita menjadi serba salah, kita harus memberikan uang atau tidak :


bullet
7.      Jika tidak,  rasanya kita seperti orang yang sangat pelit, uang yang hanya seratus-limaratus rupiah saja tidak mau memberikan.
bullet
8.      Jika diberikan, rasanya kita ikut mendidik mereka untuk terus menjadi peminta-minta, apalagi terhadap anak anak yang seharusnya mereka masih sekolah.
bullet
9.      Akan lebih terhormat jika mereka sebagai penjual koran dimana mereka akan mendapat uang dari orang-orang yang membutuhkan jasa mereka untuk membeli koran tersebut
bullet
10.  Mereka perlu mendapat penanganan dan santunan dari pemerintah serta pelatihan kerja bagi yang masih berusia muda.


Analisis : Artikel ini membahas tentang permasalahan sosial yang ada di kota Jogjakarta. Di sini penulis juga menuliskan beragam masalah yang ada dan solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut. Tulisan ini menggunakan paragraf induktif dan ditulis dengan bahasa tidak baku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar